Kamis, 28 Maret 2013

Autisma


1. Definisi Autisme
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi, dan psikomotorik anak. Oleh sebab itu bisa juga dikatakan sebagai gangguan neurobiologisyang disertai dengan beberapa masalah, autoimunitas, gangguan pencernaan, dysbiosis pada usus, gangguan integrasi sensori, dan ketidakseimbangan susunan asam amino. Beberapa penyebabnya diketahui, antara lain keracunan logam berat ketika anak dalam kandungan, seperti timbal, merkuri, kadmium, spasma infantil, rubella kongenital, sklerosis tuberosa, lipidosis serebral, dan anomali komosom X rapuh. Hal ini merupakan beberapa kondisi yang sering dijumpai.
Selain itu pada anak yang menderita autism diketemukan adanya masalah neurologis dengan cerebral cortex, cerebellum, otak tengah, otak kecil, batang otak, pons, hipotalamus, hipofisis, medula dan saraf-saraf panca indera seperti saraf penglihatan atau saraf pendengaran. Gejala umum yang bisa diamati dari anak dengan gangguan autisme, antara lain gangguan pola tidur, gangguan pencernaan, gangguan fungsi kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi satu arah, afasia, menstimulasi diri, mengamuk (temper tantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dn gangguan motorik dan steriotipik.
Kriteria yang paling sering di gunakan adalah yang didefisinikan oleh world health oranization yang terdapat dalam ICD-10 (internasional classification of disease), edisi ke -10 (WHO, 1987) dan the DSM-IV (Diagnostic Statistical Manual, edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Associaton) (APA, 1994).
Difinisi autistik dalam DSM-IV sebagai berikut
A.    Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1,2 dan 3 yang meliputi sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dri kelompok 3.



1.      Ganguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditujukan oleh paling sedikit dua diantara yang berikut ini:
a.    Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai prilaku non verbal (bukan lisan) seperti kotak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isarat untuk melakukan interaksi sosial.
b.    Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c.    Ketidak mampuan turut merasakan kegembiraan orang lain.
d.   Kekurangmampuan dalamberhubungn emosional secara timbal balik dengan orang lain
2.      Gangguan kuaitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukan oleh paling sedikit salah satu dari yang berikut ini:
a.    Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan ( tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan distur atau mimik muka sebagai cara alternatif berkomunikasi)
b.    Ciri khasada kemammpuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.
c.    Penggunaan bahasa repertitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh).
d.   Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-ura orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3.      Pola minat perilaku yang terbatas, peretitif dan stereotip sperti yang ditunjukan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini:
a.    Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yng bersifat abnormal baik intensitas maupun fokus.
b.    Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional ( tidak berhubungan dengan fungsi).
c.    Perilaku gerakan stereotip dan repetitif  (seperti terus menerus membuka-tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau gerakan tubuh dengan cara yang kompleks).
d.   Keasyikan yang terus menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda.
B.    Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 thun seperti yang ditunjukan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal yang paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : (1) interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam perkembangan sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi soaial, atau (3) permainan simbiotik atau imajinatif.
C.    Sebaiknya tidak disebut dengan gangguan Rett, ganngguan integratif kanak-kanak, atau sindrom asperger.

Tabel   Aspek-aspek perkembangan normal selama tahun-tahun perkembangan prasekolah: bahasa dan komunikasi.
USIA DALAM BULAN
2
Suara-suara vocal mendekuk
6
“Pembicaraan” vocal atau bertatap muka
Posisi dengan orang tua
Suara-suara konsonan mulai muncul
8
Berbagai intonasi dalam ocehan, termasuk bertanya
Intonasi
Mengocehkan potongan-potongan secara berulang-ulang
(ba-ba-ba, ma-ma-ma)
Gerakan menunjuk mulai muncul
12
Kata-kata pertma mulai muncul
Penggunaan jargon dengan intonas seperti kalimat
Bahasa yang sering digunakan untuk menanggapi lingkungan dan permainan vokal
Penggunaan bahasa tubuh plus vokalis untuk mendapatkan perhatian, menunjukan benda-benda dan mengajukan permintaan.
18
3-50 kosa kata
Bertanya pertanyaan yang sederhana
Perluasan makna yang berlebihan (misalnya, ”papa” untuk semua laki-laki
Menggunakan bahasa untuk menanggapi, meminta sesuatu dan tindakan, dan mendapatkan perhatian
Juga menarik orang lain untuk mendapatkan dan mengarahkan perhatian
Mungkin sering melakukan perilaku ”echo” atau meniru
24
Kadang-kadang 3-5 kata digabung (ucapan yang bersifat “telegrafik”)
Bertanya pertanyaan yang sederhana (misalnya, Mana papa? Pergi?)
Menggunakan kata ”ini” disertai perilaku menunjuk
Menebut diri sendiri dengan nama dan bukannya ”saya”
Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan
Bisa dengan cepat membalikkan kata-kata ganti
36
Bahasa berfokus pada di sini dan sekarang
Kosa kata sekitar 1000 kata
Kebanyakan morfem gramatikal (kata jamak, masa lampau, preposisi, dll.) digunakkan secara tepat
Perilaku echo jarang terjadi pada usia ini
Bahasa semakin banyak digunakan untuk berbicara mengenai ”di sana” dan ”kemudian”
Banyak bertanya, sering kali lebih untuk melanjutkan interaksi dari pada mencari informasi
48
Strukutur kalimat yang komplek digunakan
Dapat mempertahankan topik pembicaraan dan menambah informasi baru
Bertanya padda orang lain untuk menjelaskan ucapan-ucapan
Menyesuaikan kualitas bahasa dengan pendengar (misalnya, menyerhanakan bahasa ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun)
60
Penggunaan struktur yang kompleks digunakan
Struktur gramatikal sudah matang secara umum (masih ada beberapa masalah dengan kesesuaian subyek/kata kerja, bentuk-bentuk kata yang tidak beraturan, pengucapan, dll.)
Kempuan untuk menilai kalimat secara gramatikal/ non gramatikal dan membuat perbaikan
Mengembangkan kemampuan memahami lelucon dan sindiran, mengenali keracunan verbal
Meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan bahasa dengan perspektif dan peran pendengar

Tabel   perkembangan dini pada autisme: bahasa dan komunikasi.
USIA DALAM BULAN
6
Tangisan sulit dipahami
8
Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya, menjerit atau berciut)
Tidak ada peniruan bunyi, bahasa tubuh, ekspresi
12
Kata-kata pertama mungkin muncul, tapi sering kali tidak bermakna
Sering menangis keras-keras; tetapi sulit untuk dipahami
24
Biasanya kurang dari 15 kata
Kata-kata muncul kemudian hilang
Bahasa tubuh tidak berkembang; sedikit menunjuk pada benda
36
Kombinasi kata-kata jarang
Mungkin ada kalimat-kalimat yang bersifat echo, tapi tidak ada penggunaan bahasa yang kreatif
Ritme, tekanan atau peekanan suara yang aneh
Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak-anak normal
Separuhnya atau lebih tanpa ucapan-ucapan bermakna
Menarik tangan orang tua dan membawanya ke suatu obyek
Pergi ketempat yang sudah biasa dan menunggu untuk mendapatkan sesuatu
48
Sebagian kecil bisa mengkombinasikan dua atau tiga kata secara kreatif
Ekolali masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif
Meniru iklan TV
Membuat permintaan

(Dari watson, L., dan Marcus, L., Diagnosa penilaian terhadap anak-anak prasekolah. Dalam schopler, E., dan Mesibov, G. (eds) Diagnosa dan assassment in autism. London , Plenum Press, 1988).




Tabel   perkembangan normal

USIA DALAM BULAN
INTERAKSI SOSIAL
2
Menggerakkan kepala dan mata untuk mencari arah suara
Senyuman sosial
6
Perilaku meraih sebagai wujud antisipasi untuk digendong
Mengulangi tindakan ketika ditiru oarng dewasa
8
Membedakan orang tua dari orang lain
“Memberi dan menerima” permainan pertukarang objek dengan orang dewasa
Main cilukba dan semacamnya dengan naskah
Menunjukksn obyek kepada orang dewasa
Melambaikan tangan tanda perpisahan
Menangis dan/atau merangkak mengejar ibu ketika meninggalkan ruangan
12
Anak memulai permainan secara lebih sering
Peran sebagai agen dan juga responden secara bergiliran
Kontak visual yang meningkat dengan orang dewasa selama bermain
18
Mulai bermain dengan teman sebaya: menunjukan, memberikan, mengambil mainan.
Pemainan soliter atau paralel masih sering dilakukan
24
Masa bermain dengan teman sebaya singkat
Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar (misalnya, bermain kejar-kejaran) daripada berbagi mainan
36
Belajar mengambil giliran dan berbagi dengan teman sebaya
Masa kooperatif yang langgeng dengan teman sebaya
Pertengkaran diantara teman sebaya sering terjadi
Senang membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa
Ingin menyenangkan orang tua
48
 Tawar-menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan sosio-dramatik
Memiliki teman bermain favorit
Teman sebaya tidak menyertakan secara verbal (kadang-kadang secara fisik) anak-anak yang tidak disenangi dalam permainan
60
  Lebih berorientasi pada teman sebaya dari pada oarang dewasa
Sangat berminat menjalin hubungan persahabatan
Bertengkar dan saling mengejek dengan teman sebaya biasa terjadi
Dapat mengubah peran dari pemimpin ke pengikut ketika bermain dengan teman sebaya.


Tabel   Perkembangan dalam autisme
USIA DALAM BULAN
INTERAKSI SOSIAL
6
Kurang dan menuntut dari pada bayi normal
Sebagian kecil  cepat marah
Sedikit sekali kontak mata
Tidak ada respon antisipaasi secara sosial
8
Sulit rendah ketika marah
Sekitar seperti diantaranya sangat menarik diri dan mungkin secara aktif menolak interaksi.
Sekitar seperti diantaranya menerima perhatian tapi sangat sedikit memulai interaksi
12
Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan, merangkak
Tidak ada kesulitan pemisahan
24
Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sedikit afeksi yang diekspresikan
Mungkin memeluk dan mencium sebagai gerakan tubuh yang otomatis ketika diminta.
Tidak acuh terhdap orang dewasa selain oarang tua
Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar  
Lebih menyendiri
36
Tidak bisa menerima anak-anak yang lain
Sensitifitas yang berlebihan
Tidak bisa memahami makna hukuman
48
Tidak dapat memahami atuaran dalam permainan dengan teman sebaya
60
Lebih berorientasi kepada orang dewasa dari pada teman sebaya
Sering menjadi lebih bisa bergaul tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi

2.      Gangguan Pada Penderita Autisme
a.    Gangguan pada penderita autisme dalam komunikasi verbal maupun non verbal.
                   Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara,. menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain. Suka menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot, tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar.
b.      Gangguan pada penderita autisme dalam bidang interaksi sosial.
                   Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.
c.       Gangguan pada penderita autisme dalam bermain.
                   Bermain sangat monoton dan aneh, mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai, dsb. Tidak reflek, tidak berimajinasi dalam bermain, tidak dapat meniru tindakan temannya, dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
d.      Gangguan pada penderita autisme dalam berperilaku
                        Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian, harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Terlihat hiperaktif, sering menyakiti diri sendiri seperti memukul atau membenturkan kepala. Kadang sangat hiperaktif atau sangat pasif. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

e.         Gangguan penderita autisme pada perasaan dan emosi
                   Perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berempati dengan anak lain.Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering melepaskan diri dari pelukan.
                   Autisme dipengaruhi oleh multifaktorial. Sejauh ini, masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya. Strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Saat ini tujuan pencegahan hanya sebatas mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap secara jelas misteri penyebab gangguan ini sehingga nantinya dapat dilakukan strategi pencegahannya.
3.      Faktor Penyebab Autisme
 Sampai saat ini para ahli belum menentukan penyebab pasti mengapa seorang anak menjadi autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme merupakan sindroma yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti:
a. Faktor genetik
     Orang tua yang memiliki autisme bisa menurunkan kelainan tersebut pada anak mereka. Kemungkinannya sekitar 5-8%. Sedangkan pada anak kembar, jika yang satu mengalami autisme, maka yang lain memiliki kemungkinan mengalami autisme juga. Kemungkinannya akan meningkat pada anak-anak kembar identik.
b. Kelainan otak
     Adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel purkinye.
c.  Kerusakan Syaraf
     Kerusakan syaraf yang terjadi pada anak autisme menyebabkan ia tidak bisa membuang kelebihan merkuri yang ada dalam tubuhnya. Akibat ketidakmampuan mereka untuk membuang merkuri, pada anak autisme ditemukan kadar merkuri yang melebihi ambang batas. Kondisi ini mengganggu fungsi syaraf-syaraf otaknya, terutama syaraf yang berkaitan dengan kemampuan sosialisasi. Tingginya kadar merkuri bisa dilihat melalui pemeriksaan urine dan rambut.
d. Kelainan Neurotransmitter
     Terjadi karena impuls listrik antar sel terganggu alirannya. Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine (kadarnya tinggi dalam darah ± 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga rendah kadar darahnya pada penyandang autisme)
e. Kelainan Peptida di otak

     Dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino. 
Sebagian kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam darah. Bila berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga yang masuk kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin, turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).
f. Komplikasi saat hamil dan persalinan
     Komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang ebrcampur feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.
g. Kekebalan tubuh.
     Terjadi karena kemungkinan adanya interaksi gangguan kekebalan tubuh (autoimun) dengan faktor lingkungan yang menyebabkan autisme. 
h. Keracunan

     Keracunan yang banyak dicurigai adalah karena keracunan logam berat timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang berasal dari polusi udara, air ataupun makanan.
i. Vaksinasi
      Ada jenis vaksinasi yang diduga mengandung kadar merkuri tinggi. Beberapa kasus autisme terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi tertentu. Tanyakan pada dokter anak Anda mengenai hal ini.
jVirus
      Ada kemungkinan, virus rubella dan Cytomegalo virus yang menginfeksi ibu hamil pada trimester pertama bisa meyebabkan resiko anak terkena autisme.
kMakanan laut
      Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan anak autis lebih banyak mengkonsumsi hidangan laut. 
Kadar merkuri dalam makanan laut lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain.

  1. Penanganan Bagi Penderita Autisme

a.    Terapi Medikamentosa
Pengobatan ini lebih tertuju untuk mencoba memperbaiki komunikasi, mempebaiki respon  terhadap lingkungan dan menghilangkan pilaku yang aneh dan diulang-ulang. Namun, karena gangguan yang terjadi itu didalam otak, maka obat-obatan yang dipakai tentu saja obat-obatan yang bekerja diotak,, yaitu yang sering dipakai oleh para psikiater.
            Jadi yang perlu diinget adalah bahawa pemberian obat pada anak harus didasarkan pada:
1.      diagnisis yang tepat
2.      indikaasi yang kuat
3.      pemakaian obat yang seperlunya
4.      pemantauan ketat gejala efek samping
5.      dosis obat terus menerus disesuikan kebutuhan
6.      pakai obat yang sudah dikenal
juga perlu diingat bahwa setiap anak mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap:
·         efek obat
·         dosis obat
·         efek samping obat

b.    Terapi Wicara
      Terapi Wicara adalah suatu keharusan autisme, karena semua penyandang autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Menerapkan terapi wicara pada penyandang autisme berbeda dengan anak lain. Terapi sebaiknya dibekali dengan pengetahuan yang cukup mendalam tentang gejala-gejala dan gangguan bicara yang khas dari para penyandang autisme.
c.    Terapi Perilaku
Berbagai jenis terapi perilaku telah dikembangkan untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim, dan menggantinya dengan  peilaku yang bisa diterim dalam masyarakat. Terpi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme untuk lbih bisa menyesuaikan diri dalam  masyarakat. Bukan saja gurunya yang harus melakukan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga diruamh harus besikap sama dan konsisten dalam menghadapi penyandang autisme.
d.   Pendidikan Khusus
Pendidikan Khusus adalah pendidika individual yang tersetrukur bagi para penyandang autisme. Pada pendidikan khusus, diterpkan sistem satu guru untuk satu anak. Sistem ini paling efektif karena meeka mungkin dapat memusatkan perhatianya dalam suatu kelas yang besar. Banyak oarang tua yang tetap memasukan anaknya ke kelompok bermain atau STK normal, dengan harapan bahwa anaknya  bisa belajar bersosialisasi. Untuk penyandang autisme yang ringan hal ini bisa dilakukan, namun ia harus tetap mendapatka pendididkan khusus. Untuk menyandang autisme yang sedang atau berat sebaiknya diberikan pendidikan individual terlebih dahulu, setelah mengalami kemajuan secara bertahap ia bisa dicoba dimasukan kedalam  kelas dengan kelompok kecil, misalnya 2 sampai 5 anak per kelas. Setelah lebih maju lagi, baru anak ini dicoba dimasukan kedalam kelompok bermain atau STK kelas normal. Namun sebaiknya, janis terapi yang lain terus dilanjutkan.
e.    Terapi Okupasi
 Sebaiknya penyandang autisme mempunyai pekembangan motorik yang kurang baik. Grak gerikna kasar dan kurang luwes bila dibanding dengan anak-anak lain seumuranya. Anak-anak ini pelu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan membuat otot halusnya bisa terampil. Otot jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangannya.  

  1. keberhasilan terapi tergantung pada beberapa faktor :
·         Berat atau ringanya gejal.  hal ini tentu saja tergantung dari berat ringannya gangguan yang ada didalam sel otak sendiri
·         Umur. Diagnosis ini sangatlah penting, sebab semakin muda umur anak pada saaat terapi dimulai, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Dikatakan bahwa umur yang ideal adalah antara umur 2 sampai 5 tahun dimana sel otak masih bisa dirangsang untuk membemtuk cabang-cabang neuraon baru.
·         Kecerdasan, makin cerdas makin cepat dia bisa mengungkap hal-hal yang diajarka kepadanya.
·         Bicara dan berbahasa. Tidak semua penyandang auitisme berhasil mengembangkan fungsi bicara dan berbahasanya. Dua puluh persen dari penyandang autisme  tidak mampu bicara seumur hidup, sedangkan sisnya ada yang bisa bicara namun sulit dan kaku. Namun, ada pula yang bisa bicara dengan lancar . mereka yang fungsi bicara dan berbahasanya denga baik, tentu saja lebiih mampu diajar berkomunikasi.
·         Intensitas dan terapi. Penanganan pada penyandang autisme harus dilakukan dengan sangat intensif. Beberapa pakar mengatakan bahwa terapi secara formal sebaiknya dilakukan antar 4 sampai 8 jam sehari. Namun disamping itu, seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi dengan anak sejak anak tersebut bangun pagi hingga tiap tidur pada malam hari.




DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Mirza. 2008. Anak Autis. Ygyakarta : Ar-Ruzz Media Group
Peeters, Theo. 2009. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta : Dian Rakyat
Safaria, Triantoro. 2005. Autisme. Yogyakarta : Graha Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar